(Painews.id)METRO – Untuk menjawab pertanyaan warga siapa Ida Jaya, dan siapa puteri Nuban, setelah tim mengadakan penelusuran asal muasal dari zaman buyut, kakek dan orang tua, ternyata Hj. Ida Jaya, S.E., M.M., sudah pantas mewakili Puteri Nuban.
Pesirah (Belanda: margahoofd) adalah Kepala Pemerintahan Marga pada masa Hindia Belanda di wilayah Zuid Sumatra (Sumatra Selatan yang wilayahnya bukan seperti saat ini). Pesirah merupakan seorang tokoh masyarakat yang memiliki kewenangan memerintah beberapa desa. Istilah pesirah di Sumatera Selatan masih digunakan hingga tahun 1970-an, karena perundang-undangan di Sumatra Selatan masih dipengaruhi oleh peraturan-peraturan yang bersumber dari kebijakan Hindia Belanda, dan dahulupun lampung bagian dari daerah sumbagsel.
Menurut keterangan Muhammad Ali Efendi gelar Suttan Pengiran Junjungan Nuban tokoh adat Desa Bumi Jawa Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, Sabtu (15/08/20) menjelaskan, bahwa Buyut Hj. Ida Jaya, S.E., M.M., merupakan pesirah yang telah menyerahkan kepada Residen untuk membentuk daerah persil atau bedeng.
“Daerah yang diserahkan oleh buyut Ida Jaya pada waktu itu dari jojog sampai dengan Trimurjo,”ujarnya.
Lanjut Suttan Pengiran Junjungan Nuban, bahwa Kakek Ida Jaya Hi. Ahmad juga seorang pesirah, kalau orang asli Metro tentu paham dengan sosok Ida Jaya. Cucu dari Pesirah Bumi Jawa ini masa kecilnya di Metro. Dalam catatan sejarah, Pesirah yang memasukan warga dari Jawa sebelum Kolonisasi. Lokasinya terkenal dengan sebutan 32. Bukan bedeng 32 tetapi terjadi di tahun 1932 yakni masyarakat di Jojog Swadaya. Pesirah berjasa karena beliau yg mengijinkan wilayah hak ulayat Marga Nuban digunakan untuk Kolonisasi. yakni Punggur, Metro, Batanghari.
Sementara Ayah dari Ida Jaya adalah Baheramsyah Sampurna Jaya merupakan pejabat terlama di Agraria Lampung Tengah kala itu. Kabupaten masih belum pisah dan beliau menyukseskan pemekaran wilayah terkait batas wilayah serta ijin Marga. Bila kita memiliki sertifikat tanah, coba dibuka Hak asal muasal tanah. tertulis Hak Ulayat Adat. Jadi kesimpulannya, Ibu Ida memiliki sejarah di Kota Metro dan jangan lupa Ikon Metro adalah Puteri Nuban, semua itu leluhur Ida Jaya.
Ditempat terpisah, Wazir Mashur, S.Ag., gelar Suttan Duta tokoh adat Bumi Tinggi Marga Nuban mengatakan bahwa Hj. Ida Jaya, S.E., M.M., sudah pantas mewakili sebagai puteri Nuban karena sejarah turun temurun.
” Ida Jaya sudah pantas menyandang nama Puteri Nuban, mengingat silsilah turun temurun dari buyut, kakek dan bapak, berperan bagi marga Nuban,
hak ulayat Metro memang punya warga Nuban,” pungkasnya.( tim)